BantenOne. Com,Kota Tangerang – Didampingi tim kuasa hukum, keluarga pasien korban operasi katarak kembali mendatangi Rumah Sakit (RS) Mulya, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Namun, tak kunjung mendapat jawaban pasti dari pihak RS Mulya, Senin (11/2/2019).
Diketahui, operasi yang dilakukan pada Minggu, (27/1/2019) lalu berdampak pada kebutaan keluarga pasien. Empat orang pasien bahkan harus melakukan pengangkatan bola mata pada operasi tersebut dan satu diantaranya akan segera melakukan pengangkatan mata esok hari.
Tim Kuasa Hukum Pasien Hika Putera mengatakan kali ini harusnya pihak rumah sakit memberikan jawaban atas insiden yang terjadi menimpa kliennya, namun pihak rumah sakit belum memberikan jawaban.
“Kami belum mendapat jawaban yang memuaskan dari pertemuan tadi,” terang Hika.
Bahkan ironisnya, lanjut Hika, pihak rumah sakit masih mengatakan tidak ada kesalahan yang terjadi pada oeprasi tersebut.
“Rumah sakit hingga saat ini mengatakan kalau operasi katarak yang dilakukan pada waktu itu sudah sesuai dengan prosedur yang berlaku. Mereka mengatakan dokter yang melakukan operasipun sudah memiliki standar operasi. Kemudian prosedurnya juga sudah dijalankan sesuai dengan SOP,” bebernya.
Namun demikian Hika mengatakan kedatangan keluarga pasien kali ini bukan untuk menanyakan ihwal prosedur operasi yang dilakukan itu. Hika mengaku pihaknya hanya menginginkan jawaban atas kegagalan operasi yang dilakukan tim dokter RS tersebut.
“Tapi bukan itu yang kita inginkan, kita hanya mau penjelasan dari pihak rumah sakit tentang apa penyebab tidak berhasilnya operasi yang dilakukan saat itu. Kami hanya ingin tau. Agar kami juga bisa menginformasikan kepada pihak keluarga pasien yang bertanya,” ujarnya.
Pertemuan yang berlangsung di Rumah Sakit Mulya tersebut, Hika mengaku pihak keluarga diberikan sejumlah uang untuk akomodasi biaya perobatan di pihak RSCM.
“Sekarang mereka di pertemuan tadi memberikan uang perawatan, atau uang transportasi untuk keluarga korban mondar mandir RSCM. Ada 5 orang yang mendapat uang itu. Per orangnya diberikan Rp. 15 juta. Itu yang kami anggap salah satu itikad baik dari mereka, tapi tetap kita mau jawaban karena bola mata merupakan bagian penting, dan jika memang mereka mengakui adanya kesalahan lalu apa konsekuensi yang akan mereka terima. Kemudian apa yang pihak keluarga pasien daoatlan ?,” jelasnya.
Hika menambahkan saat ini pihak keluarga hanya membutuhkan jawaban atas kesedihan yang dirasakan. Pasalnya hingga saat ini pasien yang mengalami pengangkatan bola mata masih merasa sedih atas apa yang terjadi.
“Dari pihak keluarga pasien kita jujur mau mendapat ganti rugi secara materil. Tapi kita tidak mau semena mena. Tapi tadi tidak ada jawaban merasa kesalah. Mereka hanya menjawab kalau Ini musibah bagi rumah sakir dan ini musibah bagi pasien. Kami minta transparansi dan apa yang terjadi sampaikan. Agar kami bisa tau,” ujarnya.
Sementara pihak keluarga korban, Yuni mengaku kesal dengan apa yang diucapkan pihak rumah sakit. Pasalnya menurut dia hingga saat ini dirinya belum menerima jawaban ihwal penyebab gagalnya operasi yang dilakukan.
“Tadi mereka bilang kalau mereka dipanggil Dinas Kesehatan. Makanya mereka belum dapat menjawab penyebab terjadinya kegagalan tersebut,” ucapnya.
Dirinya mengatakan dalam hal ini hanya perlu mendapatkan jawaban pasti. Terlebih lagi kasus tersebut sudah terbilang cukup lama.
“Kami hanya mau jawaban. Tidak ada yang bisa menggantikan mata keluarga kami, kami juga mau dokter yang menangani oeprasi waktu itu datang ke kami dan minta maaf,” tukasnya.
Sementara itu saat dicoba konfirmasi terkait pemanggilan yang dilakukan pihak RS Mulya, Dinas Kesehatan Kota Tangerang enggan menjawab atau merespon awak media. (Iin)
[template id=”257″]