Mapag Sri Desa Majasih Sliyeg Indramayu Lestarikan Budaya Leluhur

Mapag Sri Desa Majasih Sliyeg Indramayu Lestarikan Budaya Leluhur

BantenOne.com, Indramayu – Mapag Sri merupakan salah satu budaya Nusantara dalam perwujudan Bhineka Tunggal Ika. Yang rutin diselenggarakan dalam menyambut musim panen raya di Jawa Barat terutama Sunda dan Jawa. Akan tetapi budaya adat Mapag Sri, tidak selalu dilaksankan setiap musim panen. Hal itu dikeranakan berbagai faktor seperti kemanan dan kurang bagusnya hasil panen pertanian.

Mapag Sri yang mengandung unsur mitos sangat kuat bagi warga pasundan dan jawa, budaya Mapag Sri secara turun temurun diupacarakan dalam menyambut panen raya ini sebagai perwujudan bersyukur kapada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunia serta melimpahnya hasil panen. Selain itu sebagai perwujudan kfehidupan bersumber dari bumi dan alam yang diciptakannya.

Mapag Sri apabila ditilik dari bahasa jawa mengandung arti menjemput padi. Mapag Sri dilaksanakan sebelum musim panen tiba, namun sebelum nya. Uapacara ritual Mapag Sri tersebut di selenggarakan urun rempug bersma Kepala Desa beserta tokoh masyarakat

Salah satu desa yang sedang melaksnakan adat dan budaya Mapag Sri pada Rabu (24/4/2019) kemarin yakni Desa Majasih Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Masyarakat Desa Majasih dalam melaksanakan budaya Mapag Sri begitu antusias dan penuh dengat hidmat merayakan syukuran atas karunia Tuhan yang telah diberikan dengan hasil panen pertanian yang memuaskan.

Kepala Desa (Kuwu) Majasih Kajaya Amd., Kep kepada BantenOne.com mengatakan. Mapag Sri merupakan mitos yang berhubungan dengan Dewi Sru atau Sri Pohaci. Sanghyang Sri yang dianggap sebagai Dewi Padi bagi masyarakat tradisional Indramayu. “Dewi Sri adalah dewi pemberi kehidupan dan menuntun orang berbagai tatacara menghormati kehidupan, peradaban secara hakiki” ungkapnya.

Sanghyang Sri menurut Kanjaya merupakan hidayah lambang dunia, yang memberikat berkat atas kekuasaan Allah, memberikan kehidupan serta memberi contoh tata cara peradaban dunia. Dari mulai menanam sampai panen dilakukan dengan berbagai macam upacara agar padi yang ditaman mendapatkan hasil yang memuaskan.

Pada upacara Mapag Sri biasanya diadakan sesaji, serta pada umumnya diadakan hiburan berupa kesenian tradisional wayang bahkan ada juga sintren, namun sayangnya kesenian Berokan sudah membumi di Indramayu. Tanpa sesaji seperti hal itu, maka tidak lengkap dalam upacara Mapag Sri. Ditambah dengan hiburan lain, seperti Sandiwara.

“Mapag Sri adalah mitos yang sangat tua pada sa’at nya leleuhur kita sudah ada. Hal itu juga ada hubungannya dengan asal – usul suku jawa yang dikaitkan dengan dua tokoh yakni Sri dan Sadono. Nama kedua tokoh yang diambil dari agama Hindu seperti Sri ialah Dewi Laksmi yang juga istri Wisnu. Sedangkan Sadono adalah Dewa Wisnu. Sri dan Wisnu dua tokoh yang saling mencintai meskipun keduanya saling berpisah dan banyak mengalami cobaan dan rintangan” tuturnya.

Sementara itu menurut salah satu sesepuh Sliyeg Kabupaten Indramayu yang enggan disebut namanya mengatakan. Diusinya yang sudah mencapai 89 tahun, anak cucu masih mengistimewakan budaya leluhur. Kuwu Kajaya merupakan salah satu Kuwu di Kecamatan Sliyeg yang selalu mengedepankan masyarakatnya. Dalam kegiatan apapun seperti upacara adat selalu dilaksanakan. “perlu dicontoh, In Syaa Allah desa Majasih tetap subur makmur” katanya.

Kajaya mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas terselengaranya upacara adat Mapag Sri. Budaya Mapag Sri bagi warga Desa Majasih Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu alhamdulillah bisa dilaksanakan penuh kekelurgaan dan kekompakan serta antusias yang patut kita hargai.

(Muh. Yadi)

[template id=”257″]