H.Awaludin,M.Pd.Wakil Rektor III Institut Binamamadani Indonesia: Kurikulum Berbasis Cinta, Menanamkan Nilai Cinta dalam Pendidikan 

BantenOne.com – Dalam dunia pendidikan modern yang sering kali lebih menekankan aspek kognitif dan kompetensi teknis, nilai-nilai spiritual dan emosional sering kali terpinggirkan. Padahal, pendidikan sejatinya bukan hanya soal transfer ilmu, melainkan pembentukan karakter manusia seutuhnya. Untuk itu Kementerian Agama mulai tahun 2025 melaksanakan uji coba pada beberapa madrasah melaksanakan Kurikulum Berbasis Cinta. Kurikulum ini bertujuan menumbuhkan kesadaran dan pengamalan cinta dalam segala dimensinya, dimulai dari cinta kepada Allah, Rasulullah, sesama manusia, diri sendiri, lingkungan, hingga cinta kepada bangsa dan negara.
Dalam rangka mendukung dan menyambut Kurikulum Berbasis Cinta ini Institut Binamadani Indonesia melaksanakan seminar “Sukses Kolaborasi Kinerja Kepala Sekolah dan Guru menyambut gagasan Menteri Agama tentang Kurikulum Berbasis Cinta” pada hari Sabtu, 28 Juni 2025 di Aula Institut Binamadani Indonesia Jalan KH Hasyim Azhari .Gang Ambon Kelurahan Nerogtog Kec.Pinang Kota Tangerang pukul 09.00-12.00 link pendaftaran
Bit.ly/seminarintegratifinbi
1. Cinta kepada Allah: Fondasi Spiritualitas
Cinta kepada Allah adalah dasar utama dalam pendidikan Islam. Melalui kurikulum berbasis cinta, siswa diajak mengenal dan mencintai Sang Pencipta dengan pendekatan yang tidak sekadar normatif, melainkan menyentuh hati. Hal ini dapat diwujudkan melalui:
• Pembiasaan ibadah yang bermakna, bukan sekadar ritual.
• Pemahaman tauhid yang kontekstual, sehingga siswa menyadari kehadiran Allah dalam setiap aspek kehidupan.
• Kontemplasi melalui alam dan kehidupan, untuk melihat kebesaran Allah secara nyata.
Cinta kepada Allah melahirkan kesadaran akan tujuan hidup, keikhlasan dalam belajar, serta semangat memberi manfaat bagi sesama.
2. Cinta kepada Rasulullah: Teladan dalam Kehidupan
Rasulullah SAW adalah sosok teladan utama dalam Islam. Menanamkan cinta kepada beliau berarti memperkenalkan nilai-nilai kasih sayang, kejujuran, keberanian, kesabaran, dan kepedulian sosial. Kurikulum dapat mengintegrasikan kisah-kisah inspiratif Rasulullah ke dalam berbagai mata pelajaran, serta:
• Mengadakan kegiatan Sirah Nabawiyah secara interaktif.
• Menanamkan nilai akhlakul karimah melalui simulasi kehidupan Rasulullah.
• Mendorong siswa meneladani akhlak beliau dalam interaksi sehari-hari.
3. Cinta kepada Sesama: Menumbuhkan Empati dan Solidaritas
Cinta kepada sesama manusia adalah cermin dari keimanan seseorang. Kurikulum harus mampu mengasah empati, toleransi, dan solidaritas sosial melalui:
• Proyek layanan masyarakat (social project) di lingkungan sekitar.
• Pembelajaran kolaboratif yang mengedepankan kebersamaan, bukan kompetisi semata.
• Dialog antarbudaya dan antaragama untuk membangun penghargaan terhadap perbedaan.
Dengan demikian, siswa tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki kepekaan sosial.
4. Cinta kepada Diri Sendiri: Menumbuhkan Harga Diri dan Tanggung Jawab
Pendidikan yang sehat harus membantu peserta didik mencintai dan menghargai dirinya sendiri. Ini meliputi:
• Penguatan mental dan spiritual, agar siswa tidak mudah stres atau putus asa.
• Kesadaran akan potensi diri, melalui pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi minat dan bakat.
• Pendidikan karakter, seperti disiplin, jujur, dan bertanggung jawab.
Dengan mencintai diri berarti mengenal potensi diri, menjaga kesehatan fisik,menghindari minuman dan makanan terlarang seperti Narkoba, menjaga kesehatan mental, serta bertumbuh kembang secara positif dan mampu melejitkan prestasi.
5. Cinta kepada Lingkungan: Pendidikan Ekologis yang Berkelanjutan
Cinta kepada lingkungan harus ditanamkan sejak dini, bukan hanya sebagai materi IPA atau geografi, tetapi sebagai tanggung jawab moral. Kurikulum berbasis cinta mengajarkan bahwa merusak alam berarti merusak ciptaan Allah. Implementasinya bisa melalui:
• Program sekolah hijau dan zero waste.
• Kegiatan tanam pohon, daur ulang, dan konservasi air.
• Integrasi nilai-nilai ekologis dalam pembelajaran lintas kurikulum.
Dengan pendekatan ini, siswa belajar menjadi penjaga bumi yang bijak.
6. Cinta kepada Bangsa dan Negara: Membentuk Warga Negara yang Beradab
Cinta tanah air adalah bagian dari iman. Kurikulum berbasis cinta menanamkan nasionalisme yang tidak kaku, tetapi penuh makna. Hal ini bisa diwujudkan melalui:
• Pembelajaran sejarah dan kebudayaan secara hidup dan kontekstual.
• Kegiatan kewarganegaraan yang partisipatif, seperti musyawarah kelas atau proyek demokrasi.
• Penguatan nilai-nilai Pancasila sebagai fondasi moral dan sosial.
• Pentingnya tawasut,tawazun,tasamuh dan i’tidal. Demi keharmonian ke tamdunan ,berbabangsa dan bernegara.agar terhindar sikap radikal dan liberal.
Dengan demikian, siswa tumbuh menjadi warga negara yang sadar, aktif, dan berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat.
Kurikulum Berbasis Cinta adalah upaya sistemik untuk membentuk manusia seutuhnya—beriman, berakhlak, peduli, dan bertanggung jawab. Di tengah tantangan globalisasi dan disrupsi teknologi, pendidikan semacam ini bukan sekadar idealisme, tetapi kebutuhan nyata. Karena hanya dengan cinta, pendidikan dapat menyentuh hati dan membentuk jiwa.

Penulis : H. Awaludin, M.Pd