Ja’far Hasibuan Ilmuan Muda Juara Dunia Tayang di “Hitam Putih” Trans 7 Senin 23 September 2019 Pukul 18:00 WIB,22 September 2019, 18:56

BantenOne.com – Jakarta  – Ilmuwan muda dunia asal Indonesia dan penemu obat kulit untuk manusia dan hewan luar/dalam, Muhammad Ja’far Hasibuan menjadi Host dalam acara “Hitam Putih” yang akan Live Pukul 18.00 WIB Senin (23/9/2019).

Diketahui sebelumnya, Muhammad Ja’far Hasibuan (27) Juara Dunia Di Shanghai China berhasil memenangkan kompetisi para ilmuwan di China Shanghai International Exhibition of Inventions (CSITF) dan WIIPA Special Award World Invention Intelectual Property Association. Dia berhasil menyumbangkan medali emas dan WIIPA Special Award bagi Indonesia lewat penemuannya yaitu obat kulit untuk manusia dan hewa luar/dalam.

Di Hitam Putih TRANS 7 Senin 23 September 2019 Live Pukul 18.00 WIB dirinya bercerita, sejak Kelas 4 SD sampai kuliahnya telah mandiri membiayai sekolahnya sendiri sehingga saat ini telah mendapatkan berbagai penghargaan dari segala perlombaan dan meraih segudang prestasi.

“Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku. Aku masih terbaring malas untuk bangun. Namun sepertinya matahari mulai marah padaku, karena masih saja Aku menutup mataku. Cahaya matahari pagi itu mulai menyentuh seluruh isi ruangan di kamarku yang cukup besar. Akhirnya, Aku mengalah pada alam dan Aku harus bangun, inikah hari dimana Aku mulai harus sekolah.
Uohhhh…. teriakku sambil menguap” itulah bait sastra dari sang Ilmuwan, Muhammad Ja’far Hasibuan ke awak media

Pada awak media ia menceritakan kisah hidupnya, Muhammad Ja’far Hasibuah, biasanya orang-orang memanggilnya dengan sebutan Ja’far. Sejak Kelas 4 SD ia mulai mencari uang sekolah dengan bekerja sebagai kuli buruh kasar, dari hasil jasa mengangkat barang barang dagangan di pasar atau pekan Aek Godang Padang Lawas Utara setiap hari minggunya, Semasa di bangku Kelas 1 MTs dan Kelas 3 MAS, ia merintis usaha KUD Kejora bersama pamannya Almarhum Hasanuddin Hasibuan di Tapanuli Selatan, kisahnya tersebut berawal dari berjualan minyak bensin, solar dan minyak tanah dari sebuah gubuk pondok kecik didik uwanya dari Kelas 1 MTs sambil bersekolah tiap hari di perjuangan Ja’far sunggunglah sedih ia berjuang bantu uwanya demi mencari uang sekolahnya guna bersekolah di Pondok Pesantren Nurul Falah Tamosu Panompuan, mendapat pelajaran dari sang uwa “Teringatku saatnya ini uwa sekarang telah tiada” katanya sambil berlinang air mata.

Saat itu dimana masa SMP dan SMA memanfaatkan hidupnya belajar berdagang dan menghandle sebuah perusahaan uwanya, kala itu ja’far waktu kecil sudah memegang uang jutaan dan di percaya oleh uwanya disetiap penjualan dan urusan setor menyetor Ke Bank, tak luput pula setiap sholat shubuh Ja’far di percaya semua mulai dari aktivitas setor penjualan ke Bank Sumut yang jarak tempuh dari usahanya sekitar 27 KM ke Kota Padang Sidimpuan, kala itu masih di bangku sekolah SMP Dan semua aktivitas penjualanya semua di handle nya sendiri, pesan uwa nya agar menjadi anak yang mandiri, suatu kelak nanti usaha ketengan sampai meningkat menjadi usaha besar.

Seusai tamat MAS (setingkat SMA), ia di berangkatkan ke Medan oleh uwa kandungnya Almarhum Hasanuddin Hasibuan tersebut dan dengan hanya berbekal uang ongkos bus SAMPAGUL Rp.80.000 ke Kota Medan.

Sesampainya ke Kota Medan, ia pun kehabisan uang dan tak tahu kemana arah dan tujuannya, sementara cita–citanya yang ingin melanjutkan kuliah di perguruan tinggi harus bisa di gapainya, ia pun lantas tak berputus asa, setelah tiba di Kota Medan, ia pun berkerja di salah satu grosir bahan material bangunan tepatnya di Deli Tua, Toko Samura Jaya

Setahun pun berlalu, kemudian, ia mendaftarkan diri masuk kuliah ke perguruan tinggi. Ia pun berpikir untuk mendapatkan uang kuliah yang harus di bayarkan. lalu kembali berjuang untuk kuliahnya dengan menjumpai sebuah perusahaan roti. kemudian ia berkerja sebagai pedagang roti, tanpa gengsi dan tanpa malu, ia mengayuh gerobak sepeda angin itu untuk membiayai hidup dan kuliahnya. Pekerjaan sebagai pedagang roti terus ia lakoni sejak awal kuliah sampai wisuda, kegiatan itu terpaksa ia lakukan demi untuk membiayai hidup dan kuliahnya.

Tidak sampai di situ, sepulang dari kuliah di sore hari, ia pun melanjutkan perjuangan hidupnya lagi dengan berjualan di terminal Amplas tepatnya di Jalan Sisingamaraja Medan.

Menjajakan barang dagangan rotinya dari loket ke loket. Hampir semua loket bus yang ada di Amplas di datanginya. Berdagang roti itu pun di lanjutkan hingga sampai larut malam, kemudian berlanjut berjualan lagi sampai ke Pasar Simpang Limun, bahkan sampai fajar pagi, ia masih menjajakan dagangan rotinya itu.
Semasa kuliah itu, ia jarang tidur di malam hari, bahkan ia sampai tertidur diatas grobak roti untuk menghabiskan jualannya.

Tiap harinya selama 4 tahun kuliah dan sambil mengerjakan tugas kuliah di atas grobak roti. Ia juga pernah mengalami dan merasakan saat grobak rotinya di tabrak dengan sepeda motor di waktu malam, grobak roti itu hancur, mulai dari steling kaca semua hancur. Beruntung Ja’far selamat.

Itulah cerita singkat perjuangan hidup Muhammad Ja’far Hasibuan sang Ilmuwan asal Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara yang merantau ke Medan demi untuk membiayai kuliahnya.

Muhammad Ja’far Hasibuan adalah anak ke 2 dari 10 bersaudara, ia terus mengenang getirnya pahit kehidupan ini, seringkali ia tidur diatas grobak rotinya, mengalami perihnya hidup sebagai pedagang.
Ia menceritakan, jika pernah suatu hari dagangannya hilang dan terkadang hasil jualanpun pun pernah di curi preman saat ia letih dan tertidur diatas grobak sepeda anginnya itu.

Ilmuwan Muhammad Ja’far Hasibuan adalah salah satu Alumni yang berprestasi di Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Pria bertubuh gempal ini lahir pada tahun 1992 di Desa Sampuran Simarloting, Kecamatan Halu Sihapas Padang Lawas Utara. Kampung halamannya tersebut merupakan desa tertinggal yang sulit dijangkau, karena akses transportasi jalan yang rusak. Walau perjalanan menuju kampus membutuhkan waktu hampir 12 jam dan ditambah pula perekonomian keluarga yang serba terbatas, ia tetap bersemangat menuntut ilmu hingga ke Kota Medan, demi masa depan yang lebih baik. Berbagai kompetisi dan lomba pun diikutinya, hingga akhirnya berhasil meraih kemenangan. Demikian cerita Muhammad Ja’far Hasibuan kepada awak media

Diakhir ceritanya pada awak media Muhammad Ja’far Hasibuan juga menceritakan bahwa Dia sebelumnya pernah meraih medali emas berkat penemuannya, yaitu Biofar Shrimp Skin Care berupa singkatan dari BIO yang berarti alami, FAR berasal dari penggalan nama penemu Ja’Far, SHRIMP yang berarti udang halus kecil (bahan baku) dan SKINCARE yang mengindikasikan obat tradisional yang mampu menyembuhkan luka maupun penyakit kulit yakni obat kulit bagi manusia dan hewan .
*_Bersambung_*

Selanjutnya ….
“Tonton kisahnya di acara Hitam Putih Live Senin 23 Seprtember 2019 Pukul 18:00 WIB” harapnya pada pembaca mengakhiri ceritanya pada wartawan minggu, 22/9/2019

( Red )